Pesisir Barat-Mediakrui.com.Selain mengeluhkan kenaikan harga Bahan bakar minyak (BBM) nelayan Pesisir Barat juga merasa sangat sulit untuk memperoleh BBM bersubsidi.
Haimi (55) nelayan di kecamatan Pesisir Tengah, kabupaten pesisir barat (Pesibar) mengatakan, untuk mendapatkan BBM bersubsidi di Sentra pengisian bahan bakar minyak atau SPBU terdekat sangat sulit dirasakannya.
Bahkan hanya untuk mengisi keperluan untuk melaut saja ia harus rela mengantri sangat panjang di SPBU terdekat.
” Seperti di SPBU Menyancang itu kalau kita mau beli BBM bersubsidi kita harus ngantri panjang terus,” ucapnya.
” Kadang-kadang juga kita sudah mengantri panjang, pas giliran kita sudah habis,” lanjutnya.
Selain itu kata dia, untuk membeli BBM di SPBU itu juga saat ini sudah dibatasi.
” Sekarangkan pembelian BBM subsidi itu sudah dibatasi, kita gk bisa lagi beli pakai jeriken, kalau kita mau beli harus menggunakan sepeda motor,” jelasnya.
Akibat sulitnya memperoleh BBM bersubsidi itu Suhadi mengaku ia harus rela mengeluarkan modal yang lebih besar untuk melaut.
Ia terpaksa membeli BBM subsidi itu dari Kios dengan harga yang lebih tinggi.
Seperti pertalite semula harganya di SPBU itu Rp 10 ribu, namun di Kios harganya bisa mencapai Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per liter.
” Ya mau gimana lagi kalau gak dapat BBM
di Pom kita beli di kios meski harganya lebih tinggi bisa Rp 13 ribuan perliter,” ungkapnya.
ia juga mengaku, pihak terkait juga tidak menyediakan stok pengisian BBM khusus nelayan untuk melaut.
Ia berharap pihak terkait dapat memberikan solusi bagi nelayan agar bisa mendapatkan Bahan bakar minyak subsidi dengan mudah yang sesuai dengan harga resmi yang ditetapkan Pemerintah.
” Harapan kita Pemerintah bisa memberikan solusi bagi kami para nelayan ini, kalau bisa ada tempat khusus pengisian BBM khusus nelayan,” harapnya.
Diberitakan sebelumnya, Nelayan di Kabu paten Pesisir Barat Lampung keluhkan kenaikan harga Bahan bakar minyak (BBM).
ijom (47) nelayan di Pesisir Barat mengaku, Kenaikan BBM itu berdampak langsung terhadap penghasilan yang mereka dapatkan.
” Jelas sangat berpengaruh dampaknya, harganya sangat mahal, gk sebanding lagi harga BBM ini dengan hasil tangkap kita,” ucapnya. Selasa (6/9/2022).
Menurut dia kenaikan harga BBM ini sangat memberatkan bagi masyarakat terlebih bagi nelayan seperti dirinya.
Ia juga mengaku saat ini ia terpaksa harus
mengeluarkan modal yang lebih besar untuk melaut.
Terlebih kata dia, kenaikan harga BBM itu juga akan berpengaruh terhadap alat kelengkapan untuk melaut, seperti oli dan lain lain.
Ia menjelaskan, untuk kebutuhan BBM dalam sekali melaut biasanya menggunakan ia membutuhkan 20 liter.
” Buat beli minyak saja sekarang modalnya berapa,
belum lagi kebutuhan lain selama melaut, sementara hasil tangkap ikan itu tidak bisa diprediksi,” ungkapnya.
ijom mengaku, untuk mendapatkan modal pergi melaut saja para nelayan seringkali harus berhutang.
” Udah hidup kita susah, laut kita sedang ombak sedang tingg
i, penghasilan kita berkurang, BBM naik lagi, ya apa boleh buat tetap kita jalani,” keluhnya.
” Hari ini saja hasil tangkap kita cuma dapat uang Rp 50 ribu, belum lagi dibagi dengan rekan yang lain,” sambungnya.
Ia berharap Pemerintah dapat menurunkan kembali harga BBM
itu secepatnya. ” Harapan kita turunlah harga BBM ini seperti semula,” ujarnya. (ADI)